Gus Miftah, tokoh pendakwah yang dikenal akan metode-metode dakwahnya yang berbeda, baru-baru ini menarik reaksi publik dengan sebuah pengakuan yang cukup unique. Dalam sebuah moment, beliau menceritakan bahwa terdapat seseorang yang ingin membeli rambutnya seharga Rp1,5 miliar.
berita musik ini langsung viral dan menyulut banyak reaksi dari masyarakat.
Namun, bukan hanya pujian yang diterima Gus Miftah, namun juga kritikan. Banyak yang beranggapan bahwa mengungkit harga rambut adalah sebuah aksi yang tidak pantas untuk seorang ulama. Dikritik karena dipandang megah-megahkan sesuatu yang berkesan duniawi, Gus Miftah memilih untuk menjawab semua kritikan tersebut dengan bijak.
Dalam penjelasannya, Gus Miftah menerangkan bahwa ceritanya tentang tawaran rambut tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan tentang harga sebuah sacrifice. Baginya, rambut yang lama dia biarkan tumbuh itu adalah simbol dari perjuangan dan kegigihan yang dia alami dalam proses dakwah. Jadi, ketika ada yang menilainya dengan jumlah yang begitu besar, itu ditanggapi sebagai apresiasi atas kontribusi yang telah dilakukannya dalam mengembangkan agama Islam.
Lebih lanjut, Gus Miftah pun menegaskan bahwa beliau tak memiliki niat untuk menjual rambut tersebut. Pernyataannya merupakan metode untuk menyampaikan kisah tentang bagaimana sesuatu yang bisa terlihat sepele bagi sebagian orang, dapat memiliki makna yang sangat dalam bagi yang lain.
Namun, bukan semua kritik berasal dari sudut pandang yang menyalahkan. Ada juga yang melihat kejadian ini sebagai momok untuk memeriksa kembali nilai-nilai yang harus diutamakan dalam kehidupan, khususnya bagi figur publik seperti ulama. Diskusi ini berkembang lebih luas, menghasilkan pertanyaan-pertanyaan tentang sejauh mana garis antara memperingati keberhasilan atau pengorbanan dan kesombongan.
Kesimpulannya, kegaduhan tentang penawaran rambut Gus Miftah menjadi contoh ajaran tentang cara mengelola tanggapan publik dan melestarikan kesucian sebagai figur religi. Meski dihujani kritik, esensial untuk selalu menjadikan wisdom dan kerendahan hati dalam setiap aksi dan ucapan, mengingat peran mereka sebagai contoh dalam masyarakat.